Beranda | Artikel
Tauhid dan Istighfar adalah Tiang Agama
Selasa, 23 November 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Tauhid dan Istighfar adalah Tiang Agama adalah Kajian bersama Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas Hafidzahullahu Ta’ala pada hari Sabtu, 02 Rabiul Awal 1443 H / 09 Oktober 2021 M.

Ceramah Agama Tentang Tauhid dan Istighfar adalah Tiang Agama

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Ketahuilah bahwasanya tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah, dan mohonkanlah ampun kepada Allah atas dosamu, dan mohonkanlah ampun untuk laki-laki yang beriman dan perempuan-perempuan yang beriman. Dan Allah mengetahui tempat usaha kamu dan tempat tinggal kamu.” (QS. Muhammad[47]: 19)

Allah menyebutkan dalam ayat ini dengan kalimat “ketahuilah”, artinya kita diwajibkan untuk menuntut ilmu sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya: العلم قبل القول والعمل (ilmu itu sebelum berkata dan sebelum berbuat).

Kemudian Allah menyebutkan “Tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah,” artinya semua sesembahan selain Allah adalah batil. Yang berhak diibadahi hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian disuruh untuk minta ampun atas dosa-dosa, padahal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah maksum. Nabi disuruh untuk minta ampun sebagai contoh bagi ummatnya, agar umatnya selalu istighfar (minta ampun) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ilmu merupakan jalan untuk mengetahui bagaimana kita mentauhidkan Allah. Jadi kita wajib thalabul ilmi. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Lihat juga: Islam Agama Ilmu

Karena wajib, maka setiap muslim wajib untuk belajar tentang agama ini. Dan yang pertama kali dipelajari adalah tentang tauhid. Karena tauhid merupakan ashraful ulum (ilmu yang paling mulia).

Tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah menjelaskan bahwa jalan untuk mengetahui bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah ada beberapa perkara, yaitu:

Pertama (yang paling besar) yaitu mentadaburi nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, juga perbuatan-perbuatanNya yang menunjukkan kepada kesempurnaan, keagungan dan kemuliaan Allah. Karena itu wajib untuk kita mengerahkan semua usaha untuk beribadah hanya kepada Allah Yang Maha Sempurna, yang bagiNya semua pujian, bagiNya semua kemuliaan, bagiNya semua keindahan.

Kedua, mengetahui bahwa Allah bersendiri dalam penciptaan dan mengatur alam semesta ini. Artinya tidak ada yang menciptakan kecuali hanya Allah dan tidak ada yang mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah Ta’ala. Sehingga dia mengetahui yang demikian itu bahwasanya Allah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi, tidak ada yang lain yang kita ibadahi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketiga, mengetahui bahwa Allah bersendiri yang memberikan nikmat yang lahir dan batin, Allah bersendiri memberikan nikmat agama dan dunia. Sesungguhnya yang demikian itu mewajibkan untuk bergantungnya hati hanya kepada Allah dan juga mencintaiNya, beribadah hanya kepadaNya, karena tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah dan tidak ada sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Keempat, apa yang kita lihat dan dengar dari ganjaran kepada wali-wali Allah yang melaksanakan tauhid. Allah menolong dan memberikan nikmat yang segera di dunia ini dan nanti di akhirat kepada mereka.

Yang pertama kita lihat adalah dari para Nabi dan Rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an, begitu juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in. Allah memberikan kemenangan dan kemenangan kepada mereka karena menegakkan tauhid.

Juga apa yang kita dengar dan kita lihat dari hukuman Allah kepada musuh-musuhNya dari kaum musyrikin yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang demikian ini akan membawa kita untuk menuntut ilmu dan mengetahui bahwasanya Allah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi.

Kelima, mengetahui tentang sifat-sifat dari berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang disembah bersama Allah yang dijadikan sebagai Tuhan. Semua yang disembah itu kurang dari semua segi. Dzat mereka faqir dan butuh kepada Allah, tidak bisa memberikan apa-apa.

Mereka tidak memiliki bagi dirinya dan juga bagi orang-orang yang menyembahNya, tidak bisa memberikan manfaat, tidak bisa menolak bahaya, tidak bisa mematikan, tidak bisa menghidupkan, dan tidak bisa mengumpulkan manusia. Mereka tidak bisa menolong orang-orang yang beribadah kepada mereka, tidak bisa memberikan manfaat kepada mereka seberat zarah pun juga (apakah menarik kebaikan atau menolak bahaya).

Kalau kita sudah mengetahui ini, maka kita wajib mengetahui bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah, bahwa semua yang disembah oleh manusia selain Allah adalah batil. Ini seperti yang Allah sebutkan dalam surah Al-hajj dan juga surah Luqman.

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Yang demikian bahwasanya satu-satunya yang haq itu hanya Allah, dan selain Allah yang disembah oleh manusia semuanya batil, dan bahwasanya Allah Yang Maha Tinggi dan Allah Yang Maha Besar.” (QS. Al-Hajj[22]: 62)

Orang yang menyembah kepada selain Allah, dia sudah jelas hilang akal dan agamanya. Bagaimana dia menyembah kepada sesuatu yang tidak bisa memberikan manfaat dan tidak bisa menolak bahaya?

Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam Surah Yunus:

وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ

“Janganlah kamu berdoa/beribadah kepada selain Allah yang tidak bisa memberikan manfaat dan tidak bisa menolak bahaya. Kalau engkau lakukan juga maka engkau termasuk orang-orang yang dzalim.” (QS. Yunus[10]: 106)

Keenam, sepakat kitab-kitab Allah yang Allah turunkan semuanya menjelaskan tentang tauhid.

Ketujuh, bahwasanya orang-orang yang khusus dari makhluk ini yang mereka adalah makhluk yang sempurna akhlaknya, akalnya, pendapatnya, kebenarannya, ilmunya, yaitu para Rasul, para Nabi dan ulama-ulama Rabbani telah menyaksikan tentang demikian. Ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah, Yang menegakkan keadilan. Demikian juga malaikat-malaikatNya, orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah dan Allah itu yang Maha Gagah dan Maha Bijaksana.” (QS. Ali-Imran[3]: 18)

Kedelapan, apa yang Allah tegakkan dari dalil-dalil di alam semesta dan juga pada diri manusia yang menunjukkan tentang tauhid dengan sebesar-besar penunjukan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

“Kami akan tunjukkan kepada mereka tentang kekuasaan Kami di alam semesta ini dan juga pada diri mereka, yang menunjukkan bahwasanya Allah itu haq, Rasul itu haq, Al-Qur’an itu haq. Tidakkah cukup Allah sebagai saksi atas yang demikian itu?” (QS. Fussilat[41]: 53)

Rukun Laa Ilaaha Illallah

Menit ke-27:31 Tentang rukun Laa Ilaaha Illallah ada dua, yaitu:

  1. menafikan semua yang disembah selain Allah,
  2. menetapkan ibadah hanya kepada Allah saja dan tidak ada sekutu bagi Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam; sesungguhnya telah jelas perbedaan jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 256)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan sungguh Kami telah utus pada setiap umat seorang Rasul, setiap Rasul dakwahnya: ‘Hendaklah kamu beribadah hanya kepada Allah dan jauhkan Thaghut”, di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan lihatlah akibat orang-orang yang mendustakan.” (QS. An-Nahl[16]: 36)

Ini merupakan منهج الأنبياء في الدعوة إلى الله. Artinya jalannya para Nabi dan Rasul yang memulai dakwahnya dengan tauhid, mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan menjauhkan syirik.

Perintah Meminta Ampun

Menit ke-32:19 Selanjutnya di ayat ini Allah menyebutkan:

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ

“Dan minta ampun kepada Allah atas dosamu.”

Kita diperintahkan untuk istighfar (meminta ampun) kepada Allah. Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah meninggalkan istighfar. Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَاللهِ إَنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِليهِ فِي اليَومِ أَكثَرَ مِنْ سَبعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah, sesungguhnya aku minta ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إلى اللهِ، فإنِّي أَتُوبُ في اليَومِ إلَيْهِ مِئَةَ مَرَّةٍ

“Wahai manusia, taubatlah kalian kepada Allah. Sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari 100 kali.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Al-Baghawi)

Kemudian juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ وَإِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Sesungguhnya hatiku terkadang lupa dan sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dalam sehari 100 kali.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Orang yang beristighfar dan terus beristighfar akan diampunkan dosanya meskipun dia pernah lari dari medan perang. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

من قال : أستغفرُ اللهَ العظيمَ الذي لا إلهَ إلَّا هو الحيَّ القيومَ وأتوبُ إليه غُفِرَ له وإنْ كان قد فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ

“Barangsiapa yang mengucapkan: ‘Astaghfirullahal ‘adziim, alladzi laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih (aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah, Yang Maha Hidup dan bediri sendiri, dan aku bertaubat kepadaNya)’ akan diampunkan dosanya meskipun dia pernah lari dari medan perang.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Ceramah Agama Islam Tauhid dan Istighfar adalah Tiang Agama


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51078-tauhid-dan-istighfar-adalah-tiang-agama/